Rabu, 31 Agustus 2011

Galaksi Pinwheel

Teleskop luar angkasa milik NASA telah mengambil foto baru pada sebuah Piringan Galaksi yang diperkirakan memiliki diameter 55 ribu tahun cahaya atau kira-kira setengah dari Galaksi Bimasakti. Galaksi tersebut telah di identifikasi sebagai Messier 83 (M83) yang berjarak 15 juta tahun cahaya dari bumi dan berada di konstelasi Hydra.
Foto tersebut diambil oleh teleskop WISE (Wide-field Infrared Survey Explorer), yang merupakan teleskop inframerah ruang angkasa yang diluncurkan pada bulan Desember 2009. Tugas teleskop tersebut adalah mencari galaksi, asteroid dan benda-benda lain yang bersinar terang dalam spektrum cahaya (gelombang) inframerah.
M83 juga dikenal sebagai southern Pinwheel Galaxy karena letaknya di belahan selatan bumi. Pinwheel Galaxy lain dikenal sebagai M101, sebuah piringan galaksi yang terletak di belahan bumi utara di konstelasi Ursa Major.
Silahkan nikmati gambar-gambar menakjubkan bidikan teleskop WISE, berikut ini.
teleskop
saat peluncuran
di luar angkasa
bidikan pertama
formax cluster
Andromeda
spiral arms

Selasa, 30 Agustus 2011

Para Astronom Terkenal

1 Anaximander (610-546 SM)
2 Aristharkus (abad ke-3 SM)
3 Aristoteles (384-322 SM)
4 James Bradley (1693-1762)
5 Tycho Brahe (1546-1601)
6 Nicolaus Copernicus (1473-1543)
7 John Ludwig Emil Dreyer (1852-1926)
8 Eratosthenes (276-196 SM)
9 Galileo Galilei (1564-1642)
10 Johann Gottfried Galle (1812-1910)
11 George Gamow (1904-1968)
12 Sir William Herschel (1738-1822)
13 Hipparkus (abad ke-2 SM)
14 Sir Fred Hoyle (1915-...)
15 Edmond Halley (1656-1742)
16 Edwin Hubble (1889-1953)
17 Immanuel Kant (1724-1804)
18 Johannes Kepler (1571-1630)
19 Laplace, Pierre Simon, Marquis de (1749-1827)
20 Henrietta Leavitt (1868-1921)
21 Georges Lemaitre (1894-1966)
22 Urbain Jean Joseph Leverrier (1811-1877)
23 Percival Lowell (1855-1916)
24 Charles Messier (1730-1817)
25 Sir Isaac Newton (1642-1727)
26 Ptolomeus (abad ke-2 M)
27 Pythagoras (abad ke-6 SM)
28 Carl Sagan (1934-1996)
29 Giovanni Schiaparelli (1835-1910)
30 Marteen Schmidt (1929-...)
31 Harlow Shapley (1885-1972)
32 Clyde Tombaugh (1906-1997)
33 Carl von Weizsacker, (1912-...)

Anaximander (610-546 SM)
Seorang ilmuwan Yunani yang sering disebut sebagai "Bapak Ilmu Astronomi". Ia menganggap bentuk Bumi sebagai silinder dan angkasa berputar tiap hari mengelilinginya.
Aristharkus (abad ke-3 SM)
Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari adalah pusat alam semesta. Ia orang pertama yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter bulan lebih dari 30% diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu 0,27 kali diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki diameter 7 kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran sebenarnya yang kita ketahui saat ini.
Aristoteles (384-322 SM)
Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari, Bulan dan planet-planet mengitari Bumi pada permukaan serangkaian bola angkasa yang rumit. Ia mengetahui bahwa Bumi dan Bulan berbentuk bola dan bahwa bulan bersinar dengan memantulkan cahaya Matahari, tetapi ia tak percaya bahwa Bumi bergerak dalam Antariksa ataupun bergerak dalam porosnya.
James Bradley (1693-1762)
Seorang ahli astronomi Inggris yang menemukan penyimpangan yang disebut Aberasi Sinar Cahaya di tahun 1728, yaitu bukti langsung pertama yang dapat diamati bahwa Bumi beredar mengelilingi Matahari. Dari besarnya penyimpangan ia menghitung kecepatan cahaya sebesar 295.000 km/dt. Hanya sedikit lebih kecil dari nilai sebenarnya (299.792,4574 km/dt, US National Bureau of Standards).
Tycho Brahe (1546-1601)
Seorang ahli astronomi Denmark, dipandang sebagai pengamat terbesar di zaman pra-teleskop. Dengan memakai alat bidik sederhana, Brahe mengukur posisi planet dengan ketelitian yang lebih besar dari siapapun sebelumnya. Hal ini memungkinkan asistennya, Johannes Kepler untuk memecahkan hukum gerakan planet. (Lihat gambar)

Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Seorang ahli astronomi Polandia yang mencetuskan pandangan bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta sebagaimana pandangan umum pada masanya, melainkan mengitari Matahari seperti planet lainnya. Pola berani ini disajikan dalam bukunya Mengenai Perkisaran Bola-Bola Angkasa yang terbit ditahun wafatnya. Polanya itu lebih memudahkan penjelasan tentang gerakan planet sesuai pengamatan. teorinya didukung oleh pengamatan Galileo dan dibenarkan oleh perhitungan Johannes Kepler (Lihat gambar).
John Ludwig Emil Dreyer (1852-1926)
Seorang ahli astronomi Denmark yang menghimpun sebuah katalog utama yang memuat hampir 8000 kelompok bintang dan Nebula. Katalog yang disusunnya disebut Katalog Umum Baru (the New General Catalogue, NGC).
Eratosthenes (276-196 SM)
Seorang ahli astronomi Yunani yang pertama-tama mengukur besarnya Bumi secara teliti. Ia mencatat perbedaan ketinggian Matahari di langit sebagaimana terlihat pada tanggal yang sama dari dua tempat pada garis utara-selatan yang jaraknya diketahui. Dari pengamatannya, ia menghitung bahwa Bumi mestinya bergaris tengah 13.000 km. Hampir tepat dengan angka yang sebenarnya (12.756,28 km pada katulistiwa).
Galileo Galilei (1564-1642)
Seorang ilmuwan Italia yang menciptakan revolusi dalam astronomi dengan pengamatan perintisnya di angkasa. Dalam tahun 1609, Galileo mendengar mengenai penciptaan teleskop dan membuat satu bagi dirinya. Dengan itu ia menemukan kawah-kawah bulan, melihat bahwa Venus menunjukkan fase-fase sambil ia mengitari Matahari dan menemukan bahwa Jupiter memiliki empat buah Bulan. (Lihat gambar)
Johann Gottfried Galle (1812-1910)
Seorang ahli astronomi Jerman yang menemukan planet Neptunus. Dengan menggunakan perhitungan Urbain Leverrier, Galle menemukan Neptunus pada malam hari, di tanggal 23 September 1846, tidak seberapa jauh dari posisi yang semula diperhitungkan.
George Gamow (1904-1968)
Seorang ahli astronomi Amerika pendukung teori ledakan besar (Big Bang). Menurut hitungannya, kira-kira 10% bahan dalam alam semesta seharusnya adalah Helium yang terbentuk dari Hidrogen selama terjadinya ledakan besar; pengamatan telah membenarkan ramalan ini. Ia juga meramalkan adanya suatu kehangatan kecil dalam alam semesta sebagai peninggalan ledakan besar. Radiasi Latar belakang ini akhirnya ditemukan pada 1965.
Sir William Herschel (1738-1822)
Seorang ahli astronomi Inggris, lahir di Jerman, yang menemukan planet Uranus pada tanggal 17 Maret 1781 beserta dua satelitnya dan juga dua satelit Saturnus. Herscel membuat survey lengkap langit utara dan menemukan banyak bintang ganda dan nebula. Untuk menangani pekerjaan ini, ia membangun sebuah reflektor 122 cm, terbesar di dunia saat itu. Survey langit Herschel itu meyakinkan bahwa galaksi kita berupa sistem bintang berbentuk lensa, dengan kita di dekat pusat. Pandangan ini diterima hingga zaman Harlow Shapley.
Hipparkus (abad ke-2 SM)
Seorang ahli astronomi Yunani yang dianggap terbesar di zamannya. Ia membuat sebuah katalog 850 bintang dengan teliti yang dibagi kedalam enam kelompok kecerlangan atau magnitudo; bintang paling cemerlang dengan magnitudo 1 dan yang paling lemah (yang tampak dengan mata telanjang) dengan magnitudo 6. Suatu sistem magnitudo yang disesuaikan masih digunakan dewasa ini. Hipparkus menemukan bahwa posisi bumi agak goyah di antariksa, suatu efek yang disebut presesi.
Sir Fred Hoyle (1915-...)
Seorang ahli astronomi Inggris yang dikenal karena karyanya mengenai Teori Keadaan Tunak yang menyangkal bahwa alam semesta diawali dengan suatu ledakan besar. Hoyle menunjukkan bagaimana unsur-unsur kimia berat dalam alam semesta tersusun dari hidrogen dan helium dengan reaksi-reaksi nuklir di dalam bintang, dan tersebar dalam antariksa oleh ledakan supernova.
Edmond Halley (1656-1742)
Seorang ahli astronomi Inggris yang di tahun 1705 memperhitungkan bahwa komet yang terlihat dalam tahun-tahun 1531, 1607 dan 1682 sesungguhnya adalah benda yang sama yang bergerak dalam satu garis edar tiap 75 atau 76 tahun mengedari matahari. Komet tersebut kini dikenal sebagai Komet Halley. Dalam tahubn 1720, Halley menjadi ahli astronomi kerajaan yang kedua, Di Greenwich ia membuat studi yang memakan waktu lama mengenai gerakan bulan.
Edwin Hubble (1889-1953)
Seorang ahli astronomi Amerika yang di tahun 1924 menunjukkan bahwa terdapat galaksi lain di luar galaksi kita. Selanjutnya ia mengelompokkan galaksi menurut bentuknya yang spiral atau eliptik. Di tahun 1929 ia mengumumkan bahwa alam semesta mengembang dan bahwa galaksi bergerak saling menjauhi denga kecepatan yang semakin tinggi; hubungan ini kemudian disebut hukum Hubble. Jarak sebuah galaksi dapat dihitung dengan hukum Hubble bila kecepatan menjauhnya diukur dari pergeseran merah cahayanya. Menurut pengukuran terakhir, galaksi bergerak pada 15 km/dt tiap jarak satu juta tahun cahaya. Nama Hubble kini diabadikan pada sebuah teleskop raksasa di antariksa yang dioperasikan oleh NASA.
Immanuel Kant (1724-1804)
Seorang filsuf Jerman yang pada tahun 1755 mengajukan cikal-bakal teori modern tentang tata surya. Kant percaya bahwa planet-planet tumbuh dari sebuah cakram materi di sekeliling Matahari, sebuah gagasan yang kemudian dikembangkan oleh Marquis de Laplace. Kant juga berpendapat bahwa nebula suram yang terlihat di antariksa adalah galaksi tersendiri seperti galaksi Bima Sakti kita. Pendapat tersebut kini telah terbukti kebenarannya.
Johannes Kepler (1571-1630)
Seorang ahli matematika dan ahli Astronomi Jerman yang menemukan ketiga hukum dasar pergerakan planet. Pertama, dan yang terpenting, ia di tahun 1609 menunjukkan bahwa planet bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit eliptik, bukannya dalam kombinasi lingkaran-lingkaran sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Ia menunjukkan pula bahwa kecepatan planet berubah sepanjang orbitnya, lebih cepat bila lebih dekat dengan Matahari dan lebih lambat bila jauh. Di tahun 1619 ia menunjukkan bahwa jangka waktu yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit berkaitan dengan rata-rata jaraknya dari matahari. Untuk perhitungannya, Kepler menggunakan pengamatan Tycho Brahe.
Laplace, Pierre Simon, Marquis de (1749-1827)
Seorang ahli matematika Prancis yang mengembangkan teori asal mula tata surya yang digagas oleh Immanuel Kant. Di tahun 1796, Laplace melukiskan bagaimana cincin-cincin materi yang terlempar dari Matahari dapat memadat menjadi planet-planet. Perincian teori tersebut telah ditinjau kembali, tetapi pada pokoknya tidak berbeda dengan teori-teori modern mengenai awal-mula terjadinya tata surya.
Henrietta Leavitt (1868-1921)
Seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan sebuah teknik penting dalam astronomi untuk mengukur jarak bintang dengan memakai bintang-bintang Variabel Cepheid. di tahun 1912 ia menemukan bahwa kecerlangan rata-rata sebuah Cepheid berhubungan langsung dengan jangka waktu yang diperlukannya untuk berubah, dengan Cepheid paling cemelang memiliki periode paling lama. Jadi, dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid, para astronom dapat memperoleh kecerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya dari bintang dan planet lain dapat pula dihitung. (Lihat gambar)
Georges Lemaitre (1894-1966)
Seorang ahli astronomi Belgia yang pada tahun 1927 mencetuskan teori Ledakan Besar kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta dimulai dengan suatu ledakan besar dahulu kala dan bahwa sejak itu kepingannya masih terus beterbangan. Lemaitre mendasarkan teorinya pada pengamatan Edwin Hubble mengenai alam semesta yang mengembang.
Urbain Jean Joseph Leverrier (1811-1877)
Seorang ahli matematika Prancis yang memperhitungkan keberadaan planet Neptunus. Saat memeriksa gerakan Uranus, ia menemukan bahwa gerakannya dipengaruhi oleh sebuah planet tak dikenal. Perhitungan Leverrier memungkinkan penemuan Neptunus oleh Johann Galle.
Percival Lowell (1855-1916)
Seorang ahli astronomi Amerika yang memetakan saluran-saluran di Mars dan percaya tentang adanya kehidupan di planet tersebut. Dalam tahun 1894 ia mendirikan observatorium Lowell di Arizona guna mempelajari Mars. Lowell juga mempercayai adanya planet di seberang Neptunus yang belum ditemukan. Ia mulai mencarinya di langit dengan bantuan gambar foto. Planet baru itu, kemudian dinamai Pluto, akhirnya ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930, setelah meninggalnya Lovell. Selain merupakan nama Dewa Kematian bangsa Yunani Kuno, dua huruf awal pada Pluto juga merupakan penghormatan untuk namanya.
Charles Messier (1730-1817)
Seorang ahli astronomi Prancis yang menyusun sebuah daftar berisi lebih dari 100 kelompok bintang dan nebula. Hingga sekarang, banyak diantara objek ini yang masih disebut dengan nomor Messier atau M, seperti M1, nebula Kepiting, dan M31, galaksi Andromeda.
Sir Isaac Newton (1642-1727)
Seorang ilmuwan Inggris yang melalui hukum-hukum gravitasinya membantu menerangkan mengapa planet mengitari Matahari. Johannes Kepler juga menghitung hal ini dengan hukumnya mengenai gerakan planet. Newton juga memberi sumbangan penting kepada astronomi pengamatan dengan penelitiannya mengenai cahaya dan optika. Di tahun 1668 ia membangun teleskop pemantul (reflektor) yang pertama di dunia.
Ptolomeus (abad ke-2 M)
Seorang ilmuwan Yunani yang menyusun gambaran baku mengenai Alam semesta yang dipakai oleh para ahli astronomi hingga zaman Renaissance. Menurut Ptolomeus, Matahari, Bulan, dan planet-planet beredar mengelilingi Bumi dengan suatu sistem yang rumit. Teori ini akhirnya ditentang dan dibuktikan kesalahannya oleh pandangan Copernicus. Ptolomeus menulis ensiklopedi besar astronomi Yunani yang disebut Almagest.
Pythagoras (abad ke-6 SM)
Seorang ilmuwan Yunani yang diketahui sebagai yang pertama kalinya mencetuskan gagasan bahwa Bumi berbentuk bola. Ia percaya bahwa Bumi terletak di pusat alam semesta dan benda-benda angkasa lain beredar mengelilingi Bumi.
Carl Sagan (1934-1996)
Seorang ilmuwan Amerika yang dikenal karena penelitiannya mengenai kemungkinan adanya bentuk kehidupan diluar planet Bumi. Ia terlibat sebagai peneliti dalam berbagai misi wahana tak berawak yang diluncurkan oleh NASA, diantaranya adalah misi Mariner ke planet Venus dan Viking ke planet Mars.
Giovanni Schiaparelli (1835-1910)
Seorang ahli astronomi Italia yang pertama kali melaporkan adanya "saluran" di permukaan planet Mars ketika planet tersebut mendekat di tahun 1877. Ia menamakannya canali, dari bahasa Italia yang berarti "saluran". Ia tidak mempercayai bahwa saluran itu adalah buatan mahluk cerdas, tetapi penerjemahan yang kurang tepat memberi kesan yang keliru. Schiaparelli juga menunjukkan bahwa hujan meteor mengikuti garis edar sama seperti komet. Dari sana, ia menduga bahwa hujan meteor sebenarnya adalah puing sebuah komet.
Marteen Schmidt (1929-...)
Seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan jarak-jarak kuasar dalam alam semesta. Di tahun 1963 ia mula-mula mengukur pergeseran merah dari kuasar C 273 yang ternyata begitu besar sehingga menurut hukum Hubble ia seharusnya terletak jauh diluar galaksi kita.
Harlow Shapley (1885-1972)
Seorang ahli astronomi Amerika yang di tahun 1921 pertama kali menghitung ukuran sebenarnya dari galaksi kita, dan menunjukkan bahwa Matahari tidak terletak di pusatnya. Shapley mengajukan gagasannya dari suatu studi mengenai kelompok globular perbintangan yang tersebar dalam suatu cincin di sekitar galaksi kita. Dengan mengukur jaraknya dari kecerlangan bintang yang dikandungnya, ia memperkirakan bahwa galaksi kita kira-kira berdiameter 100.000 tahun cahaya dan bahwa Matahari terletak kira-kira 30.000 tahun cahaya dari pusatnya.
Clyde Tombaugh (1906-1997)
Ahli astronomi Amerika yang pada bulan Februari 1930 menemukan planet Pluto dengan mempergunakan gambar-foto yang diambil di observatorium Lowell. Setelah penemuan Pluto, Tombaugh melanjutkan survey foto sekeliling langit untuk mencari planet lain yang mungkin ada, tetapi tidak menemukan sesuatu.
Carl von Weizsacker, (1912-...)
Seorang astronom Jerman yang dalam tahun 1945 menggagas dasar teori-teori modern mengenai asal mula tata surya. Ia membayangkan bahwa planet terbentuk dari kumpulan partikel-partikel debu yang berasal dari sebuah cakram yang terdiri dari materi yang mengelilingi Matahari saat masih muda. Teorinya ini merupakan perubahan dari teori sebelumnya yang digagas oleh Kant dan Laplace.

Minggu, 28 Agustus 2011

Pesawat Terbesar Di Dunia

Antonov An-225
http://images3.jetphotos.net/img/1/5/8/0/53518_1087638085.jpg
http://nueveg.files.wordpress.com/2008/11/9_an225-02.jpg
http://www.md80.it/costruttori/antonov/an225-est2.jpg
http://home.i-cable.com/dick_ming/images/Antonov-AN225.4.jpg
http://cdn-www.airliners.net/aviation-photos/photos/5/1/4/1247415.jpg
Pesawat terbesar di dunia adalah Antonov An-225 Myria. Nama belakang pesawat ini Мрія (Myria) yang dalam bahasa Ukraina berarti Mimpi atau Inspirasi.

Dahulu pesawat ini digunakan untuk mengangkut pesawat ulang alik Buran menggantikan Myasishchev VM-T. Namun seiring dengan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991 dan proyek Buran yang tidak dilanjutkan lagi tahun 1993 pesawat ini terpaksa tidak beroperasi (tidak tampak) selama hampir 8 tahun.

Sebenarnya, pesawat ini ada dua. Namun hanya satu yang beroperasi (UR-82060), sedangkan yang kedua diperkirakan akan rampung di tahun 2008. Pada tahun 2001, pesawat ini kembali dioperasikan dengan menjadi pengangkut berat yang bernomor penerbangan UR-82060 (yang sebelumnya СССР-82060) sampai sekarang
Airbus A380

Ukuran:


  • Panjang: 73 m
  • Sayap: 79.8 m
  • Tinggi: 24.1 m
  • Luas sayap: 845 m²
  • Berat Kosong: 280.000 kg
  • Berat maksimum lepas-landas: 560.000 kg
  • Kapasitas: 555 (3-kelas) 840 (1-kelas)
  • Kap. bagasi: 38 LD3 atau 13 palet

Hughes H-4 Hercules 'Spruce Goose'

General characteristics:

  • Crew: 3
  • Length: 218 ft 8 in (66.65 m)
  • Wingspan: 319 ft 11 in (97.54 m)
  • Height: 79 ft 4 in (24.18 m)
  • Fuselage height: 30 ft (9.1 m)
  • Loaded weight: 400,000 lb (180,000 kg)
  • Powerplant: 8× Pratt & Whitney R-4360 Wasp Major radial engines, 3,000 hp (2,240 kW) each
  • Propellers: four-bladed Hamilton Standard, prop, 1 per engine
  • Propeller diameter: 17 ft 2 in (5.23 m

Pembahasan tentang Planet Saturnus Part 4

Badai Hebat di Saturnus


VIVAnews - Badai salju hebat terjadi di Planet Saturnus beberapa pekan lalu. Karena sangat dahsyat, badai itu bisa terlihat oleh para astronom Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) dan pengamat amatir angkasa luar di Bumi.

Seperti dikutip dari FOX News, Jumat 30 April 2010, pesawat angkasa luar milik NASA, Cassini, saat ini sedang mengorbit Saturnus, planet kedua terbesar dalam tata surya setelah Yupiter. Cassini sedang berada di posisi terdekat dengan Saturnus, dan merekam data paling terperinci dari badai yang mengelilingi Saturnus.

Namun, astronom-astronom amatir di Bumi juga bisa mengamatinya. "Kami sangat antusias karena mendapat 'dukungan' dari para amatir," kata ilmuwan Cassini, Gordon Bjoraker, anggota tim ilmuwan Cassini di Greenbelt, Maryland, AS.

Data yang diperoleh Cassini, sebuah badai turbulen, mengeruk banyak sekali material dari atmosfer dan menutupi sebuah wilayah seluas lima kali lebih luas dibanding badai salju terbesar yang menghantam Bumi tahun ini, yakni badai "Snowmageddon" yang menyelimuti kawasan Washington, D.C. dengan salju pada Februari lalu.

Instrumen gelombang plasma dan radio dalam pesawat Cassini, serta kamera, merekam guntur dan petir di Saturnus selama bertahun-tahun di daerah sekitar garis lintang Saturnus yang disebut "storm alley" tersebut.
 

Pembahasan tentang Planet Saturnus Part 3

Hilangnya Cincin Planet Saturnus 
 
Para astronom amatir di seluruh dunia saat ini memperhatikan perubahan yang sama pada Saturnus: Cincin Saturnus yang lebar menipis menjadi garis tipis. Efrain Morales Rivera mengirimkan gambar berikut yang diambil dari halaman belakang rumahnya di Aguadilla, Puerto Rico. Efrain Morales Rivera

“Cincin-cincin Saturnus telah menipis sekali dalam setahun ini”, katanya. Daerah Cassini atau Cassini Division (suatu daerah gelap dalam cincin Saturnus yang dinamakan Cassini) mulai sulit diamati. Fenomena yang sama terjadi empat ratus tahun lalu dan sempat memusingkan Galileo, sebagai orang pertama yang pada tahun 1610 menemukan cincin-cincin Saturnus melalui teropong primitifnya. Dia sangat tercengang ketika mendapati cincin-cincin tersebut menyempit sedikit setahun berikutnya.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sekarang, kejadian yang sama adalah: kita mengalami suatu “pelintasan bidang cincin” (ring plane crossing). Ketika sedang dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Saturnus membelokkan cincinnya menjadi sejajar dengan garis pandang dari Bumi (edge-on) setiap 14-15 tahun sekali. Karena cincinnya yang sangat tipis, mereka bisa tidak teramati jika dilihat melalui teleskop kecil.

Dalam bulan-bulan berikut ini, cincin Saturnus akan menjadi semakin tipis sampai akhirnya mereka “hilang” pada 4 September 2009 nanti. Ketika hal ini terjadi pada 1612, Galileo mengabaikan studinya akan planet. Padahal, kita ketahui kemudian, saat-saat “pelintasan bidang cincin” seperti ini merupakan waktu yang baik untuk menemukan satelit-satelit dan cincin luar Saturnus yang baru. Selain itu, saat demikian juga merupakan waktu yang baik untuk melihat kutub utara Saturnus yang biru. Pada tahun 2005, wahana antariksa Cassini terbang di atas belahan utara Planet Saturnus dan menemukan bahwa langit di sana sebiru langit Bumi sendiri. Selama bertahun-tahun, hanya Cassini yang bisa menikmati pemandangan ini, karena dari Bumi, bagian atas Saturnus yang biru tertutupi oleh cincin-cincin Saturnus.

Galileo sendiri tidak pernah memahami sifat dasar alamiah dari cincin-cincin Saturnus. Dia tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya merupakan kumpulan satelit-satelit kecil yang mengorbit dalam bidang orbit piringan, berukuran dari debu hingga sebesar bulan kita (Kemungkinan cincin-cincin ini merupakan debris atau puing-puing dari satelit yang hancur, tetapi para ilmuwan sendiri masih belum yakin benar akan hal ini). Melalui teleskop abad 17-nya, cincin tersebut lebih menyerupai telinga atau semacam cuping planet.

Meskipun demikian, intuisinya mengarahkan Galileo untuk membuat prediksi yang tepat, bahwa cincin-cincin yang hilang ini akan kembali. Dan dia benar. Cincin Saturnus kembali tampak, dan para ilmuwan menyimpulkan penelitiannya. Pada tahun 1659, secara tepat Christiaan Huygens menjelaskan peristiwa menghilangnya cincin yang periodik selama terjadinya “pelintasan bidang cincin” atau “ring plane crossing” ini. Pada tahun 1660, Jean Chapelain mengatakan bahwa cincin Saturnus bukan merupakan benda padat, tetapi terbuat dari partikel-partikel kecil yang sangat banyak dan masing-masing mengorbit Saturnus secara independen. Selama dua ratus tahun, usulannya sempat tidak diterima secara luas, sebelum ternyata terbukti benar.
NASA
Cincin-cincin Saturnus sangat lebar tetapi juga sangat tipis. Para astronom menggunakan Teleskop Hubble untuk menangkap citra Saturnus dengan posisi cincin datarnya ini (edge-on) pada tahun 1995. Obyek terang seperti bintang pada bidang cincin yang terlihat pada gambar merupakan satelit-satelit es. Kredit Gambar : NASA

Tidak perlu bersedih hati dengan “musibah hilangnya” cincin Saturnus ini. Saturnus masih merupakan obyek yang indah untuk dilihat melalui teleskop yang kecil sekalipun. Malah, minggu ini sebenarnya merupakan minggu yang baik untuk mengamati Saturnus. Pada Selasa, 18 Maret dan Rabu, 19 Maret, Bulan yang hampir purnama dan Saturnus akan berada satu garis pada bagian yang sama di langit senja. Hal ini membuat Saturnus menjadi mudah dicari, tidak seperti biasanya. Setelah Matahari terbenam, lihatlah daerah sdi ekeliling Bulan, dan voila! Saturnus terlihat seperti “bintang emas” terang di dekat Bulan. Jika Anda melewati momen 18-19 Maret ini, coba lihat kembali 14-15 April. Bulan dan Saturnus akan berada berdekatan dan cincin Saturnus bahkan menjadi lebih sempit.

Pembahasan tentang Planet Saturnus Part 2


saturnusAllan Irewonder dari institut perguruan tinggi London, Inggris dan sejawatnya telah melakukan pengamatan jangka panjang terhadap Saturnus. Dari hasil pengamatan tersebut mereka mendapati, bahwa pijar misterius di daerah kutub Saturnus mungkin dapat menyingkap misteri perubahan suhu Saturnus.
Menurut laporan Space.com Rusia, selama bertahun-tahun, suhu di permukaan Saturnus terus membuat para ilmuwan bingung ; suhu aktual fase gas planet raksasa ini jauh lebih tinggi dari nilai perhitungan teori, artinya, energi panas yang dimilikinya seolah-olah jauh lebih tinggi dari energi pancaran yang diperoleh dari matahari. Demi untuk menyingkap misteri ini, Allan Irewonder dari institut perguruan tinggi London, Inggris dan sejawatnya telah melakukan pengamatan jangka panjang terhadap Saturnus. Dari hasil pengamatan tersebut, mereka mendapati bahwa tingat kerumitan yang diperlihatkan Saturnus jauh melampaui bayangan orang-orang sebelumnya.
Selama ini, para ilmuwan terus berusaha mencarai sumber energi “lebih” di permukaan Saturnus. Menurut mereka, bahwa pijar miserius di angkasa kutub Saturnus secara terus menerus memanaskan lapisan atas udara Saturnus, kemudian gas–gas yang telah dipanaskan ini lalu dibawa ke daerah khatulistiwa Saturnus mengikuti suatu proses perputaran yang belum diketahui, sehingga menyebabkan naiknya segenap suhu di permukaan Saturnus.
Namun, sebagaimana yang ditemukan Allan dan rekan, bahwa jika proses gerakan atmosfer di atas itu benar-benar eksis, maka efek yang dihasilkannya kebetulan berlawanan, yaitu : secara perlahan mendinginkan udara khatulistiwa Saturnus. Jika kesimpulan para ilmuwan itu benar, di mana ketika suhu di daerah khatulistiwa Saturnus mencapai 200K, maka daerah kutub tersebut semestinya mencapai 400K.
Allan menuturkan, bahwa masalah sulit yang hadapi saat ini bukan pada suhu yang ada di lapisan bawah udara Saturnus itu lebih rendah dari nilai teori, melainkan energi panas yang dimiliki daerah kutub tersebut “terlalu banyak”.
Sayangnya, para ilmuwan saat ini belum mengembangkan simulasi komputer yang dapat  mencerminkan karakter udara di Saturnus. Ada peneliti yang menyebutkan, bahwa jika hendak mengurai misteri ketidakwajaran suhu udara di Saturnus, mungkin terlebih dahulu harus merevisi terhadap teori tentang atmosfer planet yang ada saat ini. (Sumber Wang-yi Exporer-net-tom tek)*

Pembahasan tentang Planet Saturnus Part 1

Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik, terdiri beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh di antaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius) dan Iapetus.

] Bentuk fisik

Besar Saturnus dibandingkan dengan Bumi.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub dan dibengkakkan keluar disekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10 jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus diletakan diatas kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.

Atmosfer

Awan heksagonal kutub utara yang pertama dideteksi oleh Voyager 1 dan akhirnya dipastikan oleh Cassini.

Komposisi

Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7% hidrogen dan 3% helium, 0.2% metana dan 0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus juga terdapat sedikit kandungan asetilena, etana dan fosfin.[10]

Awan

Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi dengan kecepatan yang berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak seperti Yupiter, awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di khatulistiwa. Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es dan dengan ketebalan sekitar 10 kilometer. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K (-10°F, -23°C). Awan diatasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari es amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH4HS) dan diatas awan tersebut terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas dibuat dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 kilometer. Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus.[10] Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98 K (-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih besar daripada yang diluar karena panas yang diproduksi di bagian dalam Saturn.[11] Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di Tata Surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph),[12] yang jauh lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.
Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan yang ada di Bumi. Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi.[13] Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun 1876, 1903, 1933 dan tahun 1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.[14]
Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78° utara. Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006. Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan heksagonal dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini mendapat catatan karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya yang memiliki dinding mata.

Inti Planet

Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai 15.000 K (26.540 °F, 14.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari Matahari.[11] Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan helium.[15] Inti planet Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa inti Bumi.[16]

Medan gaya

Saturnus memiliki medan gaya alami yang lebih lemah dari Yupiter. Medan gaya Saturnus unik karena porosnya simetrikal, tidak seperti planet lainnya. Saturnus menghasilkan gelombang radio, namun mereka terlalu lemah untuk dideteksi dari Bumi. Bulan dari Saturnus, Titan mengorbit di bagian luar medan gaya Saturnus dan memberikan keluar plasma terhadap daerah dari partikel dari atmosfer Titan yang yang diionisasi.[17]

Rotasi dan orbit

Animasi awan heksagonal Saturnus.
Jarak antara Matahari dan Saturnus lebih dari 1.4 milyar km, sekitar 9 kali jarak antara Bumi dan Matahari. Perlu 29,46 tahun Bumi untuk Saturnus untuk mengorbit Matahari yang diketahui dengan nama periode orbit Saturnus. Saturnus memiliki periode rotasi selama 10 jam 14 menit waktu Bumi. Namun, Saturnus tidak merotasi dalam rata-rata yang konstan. Periode rotasi Saturnus tergantung dengan kecepatan rotasi gelombang radio yang dikeluarkan oleh Saturnus. Pesawat angkasa Cassini-Huygens menemukan bahwa emisi radio melambat dan periode rotasi Saturnus meningkat. Tidak diketahui hal apa yang menyebabkan gelombang radio melambat.

Cincin Saturnus

Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya sebagai salah satu obyek dapat dilihat yang paling menakjubkan dalam sistem tata surya.

Sejarah

Cincin itu pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak dan yang ditengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki "telinga." Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah.[18] James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.

Bentuk fisik cincin Saturnus

Saturnus yang terlihat dari pesawat angkasa Cassini tahun 2007.
Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi. Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa Saturnus dan terdiri daripada bebatuan silikon dioksida, oksida besi dan partikel es dan batu. Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus. Teori pertama diusulkan oleh Édouard Roche pada abad ke-19, adalah cincin tersebut merupakan bekas bulan Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah bulan tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid. Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari bulan Saturnus, tetapi ditinggalkan dari nebula asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima masa kini disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama jutaan tahun dan dengan itu dianggap baru terbentuk.
Sementara ruang terluas di cincin, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, dapat dilihat dari Bumi, Voyagers mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari ribuan bagian kecil dan cincin kecil. Struktur ini dipercayai terbentuk akibat tarikan graviti bulan-bulan Saturnus melalui berbagai cara. Sebagian bagian dihasilkan akibat bulan kecil yang lewat seperti Pan dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin kecil ditahan oleh medan gravitas satelit penggembala kecil seperti Prometheus dan Pandora. Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari partikel di beberapa bagian dan bahwa bulan yang lebih besar yang terletak lebih jauh, pada Mimas terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur dalam cincin sebenarnya terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan oleh gangguan gravitas bulan secara berkala.

] Jari-jari

Jari-jari di cincin Saturnus, difoto oleh pesawat angkasa Voyager 2.
Voyager menemukan suatu bentuk seperti ikan pari di cincin Saturnus yang disebut jari-jari. Jari-jari tersebut terlihat saat gelap ketika disinari sinar matahari dan terlihat terang ketika ada dalam sisi yang tidak diterangi sinar matahari. Diperkirakan bahwa jari-jari tersebut adalah debu yang sangat kecil sekali yang naik keatas cincin. Debu itu merotasi dalam waktu yang sama dengan magnetosfer planet tersebut dan diperkirakan bahwa debu itu memiliki koneksi dengan elektromagnetisme. Namun, alasan utama mengapa jari-jari itu ada masih tidak diketahui.
Cassini menemukan jari-jari tersebut 25 tahun kemudian. Jari-jari tersebut muncul dalam fenomena musiman, menghilang selama titik balik matahari.

Bulan

Titan, salah satu satelit milik Saturnus
Saturnus memiliki 59 bulan, 48 di antaranya memiliki nama. Banyak bulan Saturnus yang sangat kecil, dimana 33 dari 50 bulan memiliki diameter lebih kecil dari 10 kilometer dan 13 bulan lainnya memiliki diameter lebih kecil dari 50 km.[19] 7 bulan lainnya cukup besar untuk, dimana bulan tersebut adalah Titan, Rhea, Iapetus, Dione, Tethys, Enceladus dan Mimas. Titan adalah bulan terbesar, lebih besar dari planet Merkurius dan satu-satunya bulan di atmosfir yang memiliki atmosfir yang tebal. Hyperion dan Phoebe adalah bulan terbesar lainnya, dengan diameter lebih besar dari 200 km.
Di Titan, bulan terbesar Saturnus, bulan Desember tahun 2004 dan bulan Januari tahun 2005 banyak foto Titan diambil oleh Cassini-Huygens. 1 bagian dari satelit ini, yaitu Huygens mendarat di Titan.

Eksplorasi

Zaman kuno dan observasi

Saturnus telah diketahui sejak zaman prasejarah.[20] Pada zaman kuno, planet ini adalah planet terjauh dari 5 planet yang diketahui di tata surya (termasuk Bumi) dan merupakan karakter utama dalam berbagai mitologi. Pada mitologi Kekaisaran Romawi, Dewa Saturnus, dimana nama Planet ini diambil dari namanya, adalah dewa pertanian dan panen.[21] Orang Romawi menganggap Saturnus sama dengan Dewa Yunani Kronos.[21] Orang Yunani mengeramatkan planet terluar untuk Kronos,[22] dan orang Romawi mengikutinya.
Pada astrologi Hindu, terdapat 9 planet dimana Tata Surya diketahui dengan nama Navagraha. Saturnus, salah satu dari mereka, diketahui dengan nama "Sani" atau "Shani," hakim dari semua Planet dan menentukan seluruhnya menurut kelakuan baik atau buruk yang mereka lakukan.[21] Kebudayaan Tiongkok dan Jepang kuno menandakan Saturnus sebagai bintang Bumi (土星). Hal ini berdasarkan 5 elemen yang secara tradisional digunakan untuk mengklasifikasikan elemen alami. Orang Ibrani kuno menyebut Saturnus dengan nama "Shabbathai". Malaikatnya adalah Cassiel. Kepintarannya, atau jiwa bermanfaat, adalah Agiel (layga) dan jiwanya (jiwa gelap) adalah Zazel (lzaz). Orang Turki Ottoman dan orang Melayu menamainya "Zuhal", berasal dari bahasa Arab زحل.
Cincin Saturnus membutuhkan paling sedikit teleskop dengan diameter 75 mm untuk menemukannya dan cincin tersebut tidak diketahui sampai ditemukan oleh Galileo Galilei tahun 1610.[23] Galileo sempat bingung dengan cincin Saturnus dan mengira bahwa Saturnus bertelinga. Christian Huygens menggunakan teleskop dengan perbesaran yang lebih besar dan ia menemukan bahwa cincin itu adalah cincin Saturnus. Huygens juga menemukan bulan dari Saturnus, Titan. Tidak lama, Giovanni Domenico Cassini menemukan 4 bulan lainnya, Iapetus, Rhea, Tethys dan Dione. Pada tahun 1675, Cassini juga menemukan celah yang disebut dengan divisi Cassini.[24]
Tidak ada penemuan lebih lanjut sampai tahun 1789 ketika William Herschel menemukan 2 bulan lagi, Mimas dan Enceladus. Bulan Hyperion, yang memiliki resonansi orbit dengan Titan, ditemukan tahun 1848 oleh tim dari Britania Raya.
Pada tahun 1899, William Henry Pickering menemukan satelit Phoebe. Selama abad ke-20, penelitian terhadap Titan mengakibatkan adanya konfirmasi pada tahun 1944 bahwa Titan memiliki atmosfer yang tebal, dimana Titan menjadi bulan yang unik di antara bulan di Tata Surya lainnya.

Pioneer 11

Saturnus dikunjungi oleh Pioneer 11 pada bulan September tahun 1979. Pioner 11 terbang 20.000 kilometer dari ujung awan Saturnus. Gambar Saturnus dan beberapa bulannya dengan resolusi rendah didapat. Resolusi gambar tersebut tidak bagus untuk melihat fitur permukaan. Pesawat udara juga mempelajari cincin Saturnus, di antara penemuan-penemuan, terdapat penemuan cincin-F dan fakta bahwa celah gelap di cincin terang jika dilihat kearah matahari, dalam kata lain, mereka bukan material kosong. Pioneer 11 juga mengukur temperatur Titan.[25]

Voyager

Pada bulan November tahun 1980, Voyager 1 mengunjungi sistem Saturnus. Pesawat ini mengirim kembali gambar Planet, cincin dan satelitnya dalam resolusi besar. Fitur permukaan berbagai bulan dilihat pertama kali. Voyager 1 melakukan penerbangan dekat dengan Titan dan meningkatkan pengetahuan manusia atas Titan, selain itu, Voyager 1 juga membuktikan bahwa atmosfir Titan tidak dapat dilalui dalam panjang gelombang yang dapat dilihat, sehingga, tidak ada detail tentang permukaan Titan.[26]
1 tahun kemudian, pada bulan Agustus tahun 1981, Voyager 2 melanjutkan penelitian sistem Saturnus. Lebih banyak foto bulan-bulan Saturnus jarak dekat yang didapat. Namun terjadi ketidakberuntungan, selama penerbangan, kamera satelit tersangkut untuk beberapa hari dan beberapa pengambilan gambar yang direncanakan hilang. Graviti Saturnus digunakan untuk mengarahkan lintasan pesawat angkasa tersebut menuju Uranus.[26]
Satelit tersebut menemukan dan memperjelas beberapa satelit baru yang mengorbit di dekat cincin Saturnus. Mereka juga menemukan celah kecil Maxwell dan Keeler (celah seluas 42 km di cincin Saturnus).

Cassini

Gambaran Artis tentang Cassini yang sedang mengorbit Saturnus.
Posisi-posisi Saturnus: 2001–2029
Pada tanggal 1 Juli 2004, pesawat angkasa Cassini–Huygens melakukan manuver SOI (Saturn Orbit Insertion) dan memasuki orbit sekitar Saturnus. Sebelum SOI, Cassini telah mempelajari sistem ini. Pada bulan Juni tahun 2004, Cassini telah melakukan penerbangan dekat ke Phoebe dan memberikan data dan gambar dengan resolusi besar.
Penerbangan Cassini ke bulan terbesar Titan telah menangkap gambar danau besar dan pantai serta beberapa pulau dan pegunungan. Cassini menyelesaikan 2 penerbangan Titan sebelum mengeluarkan satelit Huygens pada tanggal 25 Desember 2004. Huygens turun ke permukaan Titan pada tanggal 14 Januari 2005, mengirim data selama turun ke atmosfir dan pendaratan. Selama tahun 2005, Cassini melakukan beberapa penerbangan ke Titan dan satelit yang mengandung es. Penerbangan Cassini ke Titan yang terakhir dijadwalkan pada tanggal 19 Juli 2007.
Sejak awal tahun 2005, ilmuan telah meneliti tentang petir di Saturnus, yang ditemukan oleh Cassini. Kekuatan petir di Saturnus diperkirakan 1000 kali lebih besar daripada petir di Bumi. Para ilmuan percaya bahwa badai ini adalah badai terkuat yang pernah terlihat.[27]
Pada tanggal 10 Maret 2006, NASA melaporkan bahwa, melalui gambar, satelit Cassini menemukan fakta-fakta tentang cairan air yang meletus di geiser di salah satu bulan Saturnus, Enceladus. Gambar tersebut juga menunjukan partikel air di cairan tersebut dipancarkan oleh pancaran es. Menurut Dr. Andrew Ingersoll dari Institut Teknologi California, "Bulan lainnya di tata surya memiliki samudera cairan air yang ditutup oleh es. Apa yang berbeda disini adalah bahwa cairan air tidak akan lebih dari 10 meter dibawah permukaan."[28]
Pada tanggal 20 September 2006, sebuah foto dari satelit Cassini menemukan cincin Saturnus yang belum ditemukan, diluar cincin utama Saturnus yang lebih bercahaya dan di dalam cincin G dan E. Cincin ini merupakan hasil dari tabrakan meteor dengan 2 bulan Saturnus.[29]
Pada bulan Juli tahun 2006, Cassini melihat bukti pertama danau hidrokarbon didekat kutub utara Titan, yang dikonfirmasi pada bulan Januari tahun 2007. Pada bulan Maret tahun 2007, beberapa gambar didekat kutub utara Titan menemukan "lautan" hidrokarbon, yang terbesar dimana besarnya hampir sebesar Laut Kaspia.[30]
Pada tahun 2006, satelit itu telah menemukan dan mengkonfirmasi 4 satelit baru. Misi utama satelit ini akan berakhir tahun 2008 ketika pesawat angkasa akan diperkirakan menyelesaikan 74 misi mengelilingi orbit disekitar planet. Namun satelit itu diperkirakan baru menyelesaikan setidak-tidaknya satu misi.

Penglihatan paling baik

Saturnus adalah planet terjauh dari 5 planet yang paling mudah dilihat dengan mata telanjang dan 4 planet lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars dan Yupiter (Uranus dan 4 Vesta terlihat dengan mata telanjang ketika langit gelap) dan planet terakhir yang diketahui oleh astronom awal sampai Uranus ditemukan tahun 1781. Saturnus muncul dalam penglihatan mata telanjang pada saat langit malam sebagai titik terang dan berwarna kuning. Bantuan optik (teleskop) perlu diperbesar setidak-tidaknya 20X untuk melihat cincin Saturnus bagi banyak orang.[31]

Catatan kaki

  1. ^ Yeomans, Donald K. (2006-07-13). "HORIZONS System". NASA JPL. http://ssd.jpl.nasa.gov/?horizons. Diakses pada 8 Agustus 2007.  — At the site, go to the "web interface" then select "Ephemeris Type: ELEMENTS", "Target Body: Saturn Barycenter" and "Center: Sun".
  2. ^ Orbital elements refer to the barycenter of the Saturn system, and are the instantaneous osculating values at the precise J2000 epoch. Barycenter quantities are given because, in contrast to the planetary centre, they do not experience appreciable changes on a day-to-day basis from to the motion of the moons.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m Williams, Dr. David R. (September 7, 2006). "Saturn Fact Sheet". NASA. http://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/saturnfact.html. Diakses pada 31 Juli 2007. 
  4. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. http://home.comcast.net/~kpheider/MeanPlane.gif. Diakses pada 10 April 2009.  (produced with Solex 10 written by Aldo Vitagliano; see also Invariable plane)
  5. ^ a b c d Seidelmann, P. Kenneth (2007). "Report of the IAU/IAGWorking Group on cartographic coordinates and rotational elements: 2006". Celestial Mech. Dyn. Astr. 90: 155–180. doi:10.1007/s10569-007-9072-y. http://adsabs.harvard.edu/doi/10.1007/s10569-007-9072-y. 
  6. ^ a b c d e f g h Refers to the level of 1 bar atmospheric pressure
  7. ^ NASA: Solar System Exploration: Planets: Saturn: Facts & Figures
  8. ^ Than, Ker (September 6, 2007). "Length of Saturn's Day Revised". Space.com. http://www.space.com/scienceastronomy/070906_saturn_day.html. Diakses pada 6 September 2007. 
  9. ^ Schmude, Richard W Junior (2001). "Wideband photoelectric magnitude measurements of Saturn in 2000". Georgia Journal of Science. http://findarticles.com/p/articles/mi_qa4015/is_200101/ai_n8933308. Diakses pada 14 Oktober 2007. 
  10. ^ a b Saturn. MIRA. Retrieved on July 29, 2007
  11. ^ a b Spinrad, Hyron. (2004). Saturn. National Aeronautics and Space Administration. Retrieved on July 29, 2007
  12. ^ Hamilton, Calvin J. (1997). Voyager Saturn Science Summary. Retrieved on July 5, 2007.
  13. ^ S. Pérez-Hoyos, A. Sánchez-Lavega, R.G. Frenchb, J.F. Rojas. (2005). Saturn’s cloud structure and temporal evolution from ten years of Hubble Space Telescope images (1994–2003). Retrieved on July 24, 2007
  14. ^ Patrick Moore, ed., 1993 Yearbook of Astronomy, (London: W.W. Norton & Company, 1992), Mark Kidger, "The 1990 Great White Spot of Saturn", pp. 176-215.
  15. ^ Saturn. National Maritime Museum. (2007). Retrieved on July 29, 2007.
  16. ^ Fortney, Jonathan J. (2004). "Looking into the Giant Planets". Science 305 (5689): 1414-1415. Retrieved on April 30, 2007.
  17. ^ Russell, C. T.; Luhmann, J. G. (1997). Saturn: Magnetic Field and Magnetosphere. UCLA - IGPP Space Physics Center. Retrieved on July 29, 2007.
  18. ^ James Clerk Maxwell on the nature of Saturn's rings. Retrieved on July 6, 2007.
  19. ^ Saturn Satellite and Moon Data. Institute for Astronomy. Retrieved on May 23, 2007.
  20. ^ "Saturn > Observing Saturn". National Maritime Museum. http://www.nmm.ac.uk/server/show/conWebDoc.13852/viewPage/5. Diakses pada 6 Juli 2007. 
  21. ^ a b c "Starry Night Times". Imaginova Corp.. 28 Agustus 2006. http://www.starrynight.com/sntimes/2006/2006-01-full.html. Diakses pada 5 Juli 2007. 
  22. ^ James Evans (1998). The History and Practice of Ancient Astronomy. Oxford University Press. hlm. 296-7. 
  23. ^ Chan, Gary (2000). "Saturn: History Timeline". http://library.thinkquest.org/C005921/Saturn/satuHist.htm. Diakses pada 16 Juli 2007. 
  24. ^ Catherine. "Saturn: History of Discoveries". http://huygensgcms.gsfc.nasa.gov/Shistory.htm. Diakses pada 15 Juli 2007. 
  25. ^ "The Pioneer 10 & 11 Spacecraft". Mission Descriptions. http://web.archive.org/web/20060130100401/http://spaceprojects.arc.nasa.gov/Space_Projects/pioneer/PN10&11.html. Diakses pada 5 Juli 2007. 
  26. ^ a b "Missions to Saturn". The Planetary Society. 28 Agustus 2007. http://www.planetary.org/explore/topics/saturn/missions.html. Diakses pada 24 Juli 2007. 
  27. ^ "Astronomers Find Giant Lightning Storm At Saturn". ScienceDaily LLC. 28 Agustus 2007. http://www.sciencedaily.com/releases/2006/02/060215090726.htm. Diakses pada 27 Juli 2007. 
  28. ^ Pence, Michael (March 9, 2006). "NASA's Cassini Discovers Potential Liquid Water on Enceladus". NASA Jet Propulsion Laboratory. http://saturn.jpl.nasa.gov/news/press-release-details.cfm?newsID=639. Diakses pada 8 Juli 2007. 
  29. ^ Shiga, David (September 20, 2007). "Faint new ring discovered around Saturn". NewScientist.com. http://space.newscientist.com/channel/solar-system/cassini-huygens/dn10124-faint-new-ring-discovered-around-saturn.html. Diakses pada 8 Juli 2007. 
  30. ^ Rincon, Paul (March 14, 2007). "Probe reveals seas on Saturn moon". BBC. http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/6449081.stm. Diakses pada 12 Juli 2007. 
  31. ^ "Saturn". National Maritime Museum. http://www.nmm.ac.uk/server/show/conWebDoc.286. Diakses pada 6 Juli 2007.        ( Sumber : Wikipedia )